Shrinkflation: Mengapa Isi Produk Semakin Sedikit Tapi Harga Tetap Sama?

Share:

Pernahkah Anda membeli produk makanan atau kebutuhan rumah tangga favorit Anda, lalu setelah membukanya, muncul perasaan aneh bahwa isinya tidak sebanyak dulu? Kemasannya mungkin terlihat sama, harganya pun tak berubah banyak, namun porsinya terasa menyusut. Jika ya, Anda mungkin baru saja menjadi korban dari fenomena ekonomi yang dikenal sebagai Shrinkflation.

Shrinkflation adalah trik ekonomi cerdas yang digunakan oleh produsen untuk mengatasi kenaikan biaya produksi tanpa harus menaikkan harga jual secara terang-terangan. Alih-alih membuat konsumen terkejut dengan harga yang melambung, mereka memilih untuk mengurangi kuantitas produk (berat, volume, atau jumlah unit) sambil mempertahankan harga yang sama atau bahkan sedikit menaikkannya. Dampaknya, konsumen membayar jumlah uang yang sama atau lebih untuk mendapatkan produk yang sebenarnya lebih sedikit. Ini adalah bentuk inflasi terselubung yang sering kali luput dari perhatian kita.


Apa Itu Shrinkflation? Definisi dan Cara Kerjanya

Istilah "shrinkflation" sendiri merupakan gabungan dari kata "shrink" (menyusut) dan "inflation" (inflasi). Ini merujuk pada praktik perusahaan mengurangi ukuran atau kuantitas produknya sementara harganya tetap sama atau bahkan meningkat. Fenomena ini bukanlah hal baru, namun semakin marak terjadi, terutama di tengah tekanan ekonomi global seperti kenaikan harga bahan baku, biaya energi, dan upah tenaga kerja. Produsen dihadapkan pada dilema: menaikkan harga secara eksplisit dan berisiko kehilangan pelanggan, atau mengurangi isi produk secara diam-diam.

Cara kerja shrinkflation cukup sederhana namun efektif. Perusahaan biasanya tidak mengumumkan secara besar-besaran bahwa mereka mengurangi ukuran produknya. Perubahan seringkali sangat subtle: kemasan mungkin tetap sama besar, namun ruang kosong di dalamnya lebih banyak; berat bersih yang tertera di label berkurang dari 100 gram menjadi 90 gram; atau jumlah lembar tisu toilet dalam satu gulungan menjadi lebih sedikit. Dengan demikian, mereka berharap konsumen tidak terlalu menyadari perubahan tersebut sampai produknya habis dan terasa lebih cepat habis dari biasanya.


Mengapa Perusahaan Melakukan Shrinkflation?

Ada beberapa alasan utama mengapa produsen memilih strategi shrinkflation, dan semuanya bermuara pada upaya menjaga profitabilitas di tengah tantangan ekonomi:

  • Kenaikan Biaya Produksi: Ini adalah pemicu utama. Ketika harga bahan baku, biaya transportasi, energi, dan tenaga kerja meningkat, produsen perlu menyesuaikan strategi mereka. Menaikkan harga secara terang-terangan bisa membuat produk mereka kurang kompetitif.
  • Menjaga Pangsa Pasar: Konsumen sangat sensitif terhadap harga. Kenaikan harga yang drastis dapat mendorong mereka beralih ke merek pesaing. Dengan shrinkflation, perusahaan berharap dapat mempertahankan pelanggan dengan menjaga titik harga yang familiar, meskipun nilai yang didapat konsumen berkurang.
  • Persaingan Ketat: Di pasar yang sangat kompetitif, menaikkan harga bisa menjadi bumerang. Shrinkflation memungkinkan perusahaan untuk secara efektif menaikkan harga per unit (karena Anda membayar sama untuk lebih sedikit) tanpa secara eksplisit mengubah harga pada rak.
  • "Inflasi Terselubung": Shrinkflation adalah cara yang lebih "halus" untuk menghadapi inflasi. Konsumen mungkin tidak terlalu memperhatikan pengurangan isi dibandingkan dengan kenaikan harga yang terlihat jelas.


Contoh-Contoh Shrinkflation yang Sering Kita Temui

Fenomena shrinkflation dapat ditemukan di berbagai kategori produk. Berikut adalah beberapa contoh umum yang mungkin pernah Anda alami:

  • Makanan Ringan: Kantong keripik atau wafer yang terlihat besar, namun isinya semakin sedikit atau lebih banyak udara.
  • Cokelat Batang: Ukuran cokelat batang favorit yang perlahan menyusut dari 50 gram menjadi 45 gram, lalu 40 gram, tanpa perubahan harga yang signifikan.
  • Produk Susu dan Yoghurt: Kemasan yoghurt yang tadinya 100 ml kini menjadi 90 ml.
  • Kopi Bubuk dan Sereal: Kemasan kopi bubuk yang tadinya 200 gram menjadi 180 gram, atau kotak sereal yang terlihat sama namun berat bersihnya berkurang.
  • Produk Pembersih Rumah Tangga: Deterjen cucian atau sabun cuci piring yang konsentrasinya mungkin tetap sama, namun ukuran kemasan atau isinya berkurang.
  • Tisu Toilet: Jumlah lembar per gulungan yang semakin sedikit, atau ukuran lembar yang lebih kecil.


Dampak Shrinkflation bagi Konsumen dan Cara Menghadapinya

Bagi konsumen, shrinkflation berarti nilai uang yang mereka belanjakan terus menurun. Mereka membayar harga yang sama atau bahkan lebih tinggi, namun mendapatkan produk yang lebih sedikit. Hal ini dapat menimbulkan perasaan frustrasi atau ketidakadilan, terutama ketika perubahan dilakukan secara tidak transparan.

Lalu, bagaimana kita sebagai konsumen bisa mengenali dan menghadapi trik ekonomi ini?

  1. Periksa Label Berat Bersih/Volume: Selalu biasakan membaca label produk, khususnya bagian berat bersih (net weight) atau volume. Perusahaan wajib mencantumkan informasi ini. Bandingkan dengan produk yang sama dari pembelian sebelumnya atau dari merek pesaing.
  2. Hitung Harga Per Unit: Banyak supermarket modern mencantumkan harga per unit (misalnya, per 100 gram, per liter). Ini adalah alat paling ampuh untuk membandingkan nilai sebenarnya dari produk yang berbeda ukuran atau merek.
  3. Waspadai Perubahan Desain Kemasan: Perusahaan terkadang memperbarui desain kemasan saat melakukan shrinkflation, berharap perhatian konsumen teralihkan pada tampilan baru daripada isi.
  4. Coba Merek Alternatif: Jika Anda merasa dirugikan oleh shrinkflation pada merek favorit Anda, jangan ragu untuk mencoba merek lain yang mungkin menawarkan nilai lebih baik.
  5. Berbagi Informasi: Bicarakan dengan teman, keluarga, atau di media sosial jika Anda menemukan contoh shrinkflation. Kesadaran kolektif dapat menekan produsen untuk lebih transparan atau mempertimbangkan ulang strategi mereka.


Kesimpulan

Shrinkflation adalah kenyataan ekonomi yang tidak bisa dihindari di era modern ini. Ini adalah cara perusahaan menavigasi tekanan biaya produksi dan persaingan pasar, namun seringkali dengan mengorbankan nilai bagi konsumen. Meskipun halus dan seringkali tidak terdeteksi, dampaknya kumulatif terhadap anggaran rumah tangga kita.

Sebagai konsumen cerdas, kita memiliki kekuatan untuk melawan. Dengan menjadi lebih waspada terhadap label produk, membandingkan harga per unit, dan tidak ragu untuk mencoba alternatif, kita dapat membuat keputusan pembelian yang lebih bijaksana. Ingat, di pasar yang terus berubah, mata yang jeli dan kebiasaan belanja yang cerdas adalah pertahanan terbaik kita.

No comments

Jangan lupa kasih komentar ya!. Karena komentar kalian membantu kami menyediakan informasi yang lebih baik

Tidak boleh menyertakan link atau promosi produk saat berkomentar. Komentar tidak akan ditampilkan. Hubungi 081271449921(WA) untuk dapat menyertakan link dan promosi