8 Alasan Kenapa Praktik Korupsi Sering Terjadi di Masyarakat

Share:

8 Alasan Kenapa Praktik Korupsi Sering Terjadi di Masyarakat

Korupsi merupakan masalah serius yang merajalela di berbagai lapisan masyarakat, dari individu hingga organisasi. Fenomena ini tidak hanya merugikan ekonomi suatu negara, tetapi juga menghancurkan kepercayaan publik dan menggerus fondasi moralitas. 

Untuk memahami akar permasalahan ini, penting untuk melihat lebih dalam pada faktor-faktor yang menjadi pemicu korupsi, mulai dari tingkat individu hingga organisasi. Dalam tulisan ini, kita akan membahas 8 faktor penyebab korupsi yang melibatkan aspek-aspek tersebut, memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kompleksitas dan dampak yang dihasilkan.


1. Merasa Kurang

Tindak pidana korupsi bisa terjadi ketika seseorang diberi wewenang. Pemberian wewenang umumnya dikaitkan dengan hak yang dimiliki oleh pemegang wewenang tersebut. Namun, apabila seseorang memiliki kecenderungan merasa tidak puas, dapat timbul dorongan untuk mencari keuntungan lebih, sebagaimana disampaikan dalam pandangan Budaya Antikorupsi oleh Umi Fitriani, dkk.

Keinginan berlebih inilah yang kemudian menjadi motivasi bagi pelaku korupsi untuk mencapainya melalui tindakan korupsi, yang pada akhirnya merugikan berbagai pihak demi kepentingan pribadi. Kecenderungan merasa tidak puas merupakan salah satu faktor internal yang mendorong terjadinya korupsi.


2. Terlalu Konsumtif

Tinggal di pusat perkotaan seringkali menggiring individu untuk mengadopsi gaya hidup yang cenderung berlebihan dalam konsumsi. Gaya hidup semacam itu memiliki potensi risiko membuka peluang terjadinya praktik korupsi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama jika tidak disertai dengan pendapatan yang mencukupi.


3. Kultur Organisasi yang Buruk

Pengaruh kultur organisasi terhadap anggota-anggotanya sangat signifikan. Ketika tidak dikelola secara efektif, kultur organisasi dapat menciptakan situasi yang tidak mendukung dan menyebabkan perilaku negatif di dalam lingkungan organisasi. Salah satu bentuk perilaku negatif tersebut adalah korupsi.


4. Kebiasaan dan Tradisi Organisasi untuk Korupsi

Selain karena kultur organisasi, ada faktor lain yang juga cukup signifikan dan berbahaya. Yaitu kebiasaan dan tradisi korupsi yang sudah menjadi hal biasa. Seperti menerima hadiah, meminta hasil proyek dan semacamnya. Hal ini jelas tidak diperbolehkan tapi biasa dilakukan.


5. Tidak Sadar Kalo Masuk Praktik Korupsi

Keterbiasaan terlibat dalam praktik korupsi sehari-hari secara terbuka dapat membawa risiko bahwa masyarakat kehilangan kritisisme terhadap aktivitas korupsi yang mereka lakukan. Sebagai contoh, di suatu daerah, seringkali terlihat bahwa pegawai pulang atau pergi ke pusat perbelanjaan jauh sebelum waktu kerja berakhir, dan hal ini kemudian menjadi perilaku yang banyak diikuti oleh pekerja yang lebih muda.


6. Ketiadaan Integritas Moral

Individu yang memiliki integritas moral yang lemah cenderung rentan tergoda untuk terlibat dalam tindakan korupsi. Dorongan dan tekanan ini bisa berasal dari berbagai pihak, termasuk atasan, rekan sejawat, bawahan, atau entitas lain yang memberikan peluang untuk melakukan korupsi.


7. Penghasilan Tidak Cukup

Seharusnya, pendapatan yang diterima seorang pegawai dari pekerjaannya mencukupi atau setidaknya sejalan dengan kebutuhan hidup yang wajar. Jika tidak, individu tersebut mungkin akan berusaha mencari cara untuk memenuhi kekurangan tersebut. Ketika tidak ada peluang yang tampak, ada kemungkinan bahwa seseorang akan mencari celah melalui praktik korupsi, baik itu penyalahgunaan waktu, tenaga, maupun pemikiran, untuk memenuhi kebutuhan di luar lingkup pekerjaannya yang seharusnya.


8. Sistem Akuntabilitas Buruk

Sistem akuntabilitas yang tidak memadai, ketidakjelasan dalam penetapan visi-misi, tujuan, dan sasaran yang tepat, serta kurangnya perhatian terhadap efisiensi penggunaan sumber daya dapat menciptakan kondisi organisasi yang rentan terhadap praktik korupsi.


Penutup

Mengatasi korupsi memerlukan upaya bersama dari semua pihak, mulai dari perbaikan nilai dan etika individu hingga reformasi sistem hukum dan tata kelola. Hanya dengan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor penyebab korupsi ini kita dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk memberantasnya dan membangun masyarakat yang lebih adil dan integritas.

No comments

Jangan lupa kasih komentar ya!. Karena komentar kalian membantu kami menyediakan informasi yang lebih baik

Tidak boleh menyertakan link atau promosi produk saat berkomentar. Komentar tidak akan ditampilkan. Hubungi 081271449921(WA) untuk dapat menyertakan link dan promosi